Memahami Compound Interest dan Implementasinya dalam Investasi

Kalimat “Compound interest is the eighth wonder of the world. He who understands it, earns it; he who doesn’t, pays it” sering kali digaungkan oleh oleh para influencer di bidang finansial. Lantas, apa sih sebenarnya compound interest itu? Yuk simak penjelasan berikut ini.

Interest secara Umum

Interest secara bahasa dapat diartikan sebagai bunga, minat, atau kepentingan. Interest sering digunakan untuk menggambarkan bunga, entah itu tabungan atau deposito. Dalam dalam dunia finansial, interest secara umum dapat diartikan sebagai imbal hasil, baik itu sebagai bentuk bunga, dividen, atau capital gain.

Interest yang sering digunakan dikelompokkan secara umum menjadi dua macam yaitu simple interest dan compound interest namun tidak terbatas pada dua jenis ini. Mari kita bedah keduanya.

1. Simple Interest

Sebelum membahas compound interest yang akan menjadi fokus kita kali ini, yuk kita pahami dulu simple interest. Sesuai namanya, simple interest adalah bunga sederhana, yaitu bunga atau imbal hasil yang didapat dari perhitungan pokok (investasi misalnya) saja. Perhitungan simple interest umum digunakan dalam deposito atau obligasi.

Sebagai contoh, ketika anda membuka rekening deposito atau membeli obligasi senilai 100 juta rupiah dengan imbal hasil 4%, maka akan didapat perhitung sebagai berikut.

  • Imbal hasil per tahun = pokok investasi x interest
  • Imbal hasil per tahun = Rp 100 juta x 4% = Rp 4 juta per tahun.

Jadi anda akan mendapatkan imbal hasil sebesar 4 juta rupiah per tahun. Jika imbal hasil dibayarkan setiap bulan, maka imbal hasil per tahun dibagi 12 bulan. Perlu diingat, angka tersebut belum mempertimbangkan potongan pajak (pajak untuk deposito sebesar 20% dari bunga deposito sedangkan untuk obligasi 10% untuk peraturan yang berlaku saat ini ketika artikel ini dibuat).

Baca Juga: 6 Instrumen Investasi dengan Kelebihan dan Kekurangannya

2. Compound Interest

Jika simple interest memperhitungkan bunga atau imbal hasil hanya dari pokok saja, compound interest memperhitungkan bunga atau imbal hasil dari pokok ditambah dengan bunga atau imbal hasil yang telah didapat. Compound interest seringkali dikaitkan pada investasi saham, namun sebenarnya tidak terbatas hanya pada saham. Kenyataannya, compound interest juga bisa berlaku pada deposito juga.

Untuk deposito, sebagai contoh, jika anda membuka deposito dengan bungan 4% kemudian mendapatkan bunga deposito sebesar Rp 4 juta dari modal Rp 100 juta, maka bisa menjadi compound interest ketika bunga tersebut kita tambahkan pada deposito, maka perhitungan bungan tahun depan bukan lagi Rp 100 juta, melainkan menjadi Rp 104 juta x 4%.

Sedangkan untuk saham, compound interest bisa berlaku dari dua sisi, yaitu dari sisi kita sebagai investor, atau dari sisi emiten yang kita miliki sahamnya.

a. Dari sisi Investor

Dalam investasi saham, compound interest bisa kita lakukan dari sisi kita sebagai investor dengan cara menggunakan dividen yang kita dapat untuk membeli saham lebih banyak lagi. Dengan begitu, jumlah saham yang kita miliki akan lebih banyak dan di tahun depan akan mendapatkan dividen yang lebih besar meskipun jumlah dividen per saham yang dibayarkan oleh emiten masih tetap sama.

b. Dari sisi Company (Perusahaan/Emiten)

Dari sisi emiten, compound interest juga bisa diaplikasikan. Sebagai contoh jika perusahaan mendapatkan laba bersih Rp 500 juta dan membagian laba sebagai dividen kepada pemegang saham sebesar Rp 300 juta, maka sisa Rp 200 juta ini bisa digunakan untuk mengembangkan bisnis perusahaan (misalnya ekspansi, riset produk baru, dsb) dengan harapan mendapatkan laba yang lebih besar di kemudian hari.

Jadi, yang menarik dari saham adalah ketika kita tidak menginvestasikan kembali dividen yang kita terima, kita masih mendapatkan manfaat compound interest meskipun tidak sebaik jika kita menginvestasikan deviden yang kita dapat.

Baca Juga: Tips Investasi Saham untuk Pemula

Simple Interest vs Compound Interest

Nah, setelah mendapatkan penjelasan dari ulasan di atas, mari kita bandingkan perbandingan antara perhitungan simple interest dan compound interest melalui gambar di bawah ini. Jika tabel pada gambar kurang jelas, anda bisa meng-klik gambar tersebut.

Contoh perbandingan perhitungan Simple Interest vs Compound Interest
Contoh sederhana perbandingan perhitungan Simple Interest vs Compound Interest

Pada gambar di atas, terlihat bahwa pada simple interest, kita tidak menginvestasikan kembali imbal hasil yang kita dapat sehingga perhitungan bunga tetap berdasarkan dana yang diinvestasikan (dana awal). Di sisi lain, compound interest menunjukkan kita menginvestasikan kembali imbal hasil yang kita dapat sehinggan dasar perhitungan bunga adalah nilai total aset (dana awal + imbal hasil) pada tahun sebelumnya.

Pada tahun ke-20, total nilai investasi kita menjadi Rp 3.000.000 jika kita tidak menginvestasikan kembali (simple interest), namun berlipat menjadi Rp 6.727.500 jika kita menginvestasikan lagi imbal hasil yang kita dapat (compound interest).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *